![]() |
Program Studi Hubungan Internasional UPN “Veteran” Jawa Timur menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat. (Foto: Dok/Ist). |
Suara Time, Surabaya - Maraknya kekerasan seksual terhadap remaja menjadi masalah yang semakin mengkhawatirkan. Dalam banyak kasus, korban kekerasan seksual merasa takut untuk melaporkan pelecehan yang terjadi karena merasa malu dan tidak aman bagi kehidupan pribadinya. Lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak untuk belajar dan berkembang, tak jarang justru menjadi ruang yang memungkinkan terjadinya pelecehan atau kekerasan seksual, baik secara verbal, fisik, maupun digital. Kekhawatiran tersebut diperburuk dengan minimnya edukasi bagi siswa terhadap pencegahan kekerasan seksual serta minimnya pengetahuan mekanisme penanganan apabila terjadi kekerasan seksual.
Melihat fenomena tersebut, pendekatan preventif menjadi sangat penting untuk dilakukan, terutama di kalangan remaja yang sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang kekerasan seksual sehingga dapat menciptakan ruang aman bagi semua warga sekolah. Melalui latar belakang inilah, Program Studi Hubungan Internasional UPN “Veteran” Jawa Timur menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Safe Haven for All! Penyuluhan Pentingnya Pencegahan Kekerasan Seksual di SMA Trimurti Surabaya.”
Kegiatan ini diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian terhadap perlindungan remaja dari kekerasan seksual di lingkungan sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa dan guru terhadap bentuk-bentuk kekerasan seksual, cara mengenalinya, serta langkah pencegahan dan pelaporan terhadap kekerasan seksual yang tepat. Dalam sesi penyuluhan, para siswa mendapatkan informasi mengenai pentingnya menciptakan ruang aman (safe space) di lingkungan sekolah, serta memahami bahwa kekerasan seksual bukan hanya sebatas tindakan fisik, melainkan juga mencakup pelecehan verbal, psikis, hingga kekerasan berbasis digital. Selain itu, para siswa diajak untuk mengenali tanda-tanda kekerasan seksual, memahami hak atas perlindungan diri, serta diberi informasi mengenai mekanisme pengaduan yang dapat diakses jika mengalami atau menyaksikan kekerasan seksual.
Kegiatan penyuluhan ini turut melibatkan LSM “Cerita Sehat”, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan. Dalam sesi pemaparan, Cerita Sehat memberikan informasi khususnya pada isu kesehatan reproduksi dan bentuk-bentuk dari kekerasan seksual. Kehadiran Cerita Sehat menjadi kolaborasi strategis yang memperkaya materi penyuluhan, terutama dalam memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai dampak kekerasan seksual terhadap kesehatan mental dan fisik korban.
Sementara itu, salah satu dosen Program Studi Hubungan Internasional UPN “Veteran” Jawa Timur, Diah Ayu Wulandari, dalam sesi penyampaian materi menjelaskan bahwa penyuluhan ini tidak hanya menyasar siswa sebagai kelompok rentan, tetapi juga mendorong peran aktif guru dan lingkungan sekolah sebagai pelindung utama. “Kami ingin sekolah menjadi safe haven — tempat yang benar-benar aman, ramah, dan mendukung siswa untuk tumbuh tanpa rasa takut,” ujarnya. Kekerasan seksual merupakan ancaman serius yang dapat terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan yang dianggap aman seperti sekolah. Oleh karena itu, penting bagi seluruh elemen masyarakat terutama di lingkungan sekolah untuk meningkatkan kewaspadaan serta menciptakan sistem pencegahan yang efektif dan berkelanjutan. Melalui Penyuluhan dan edukasi seperti ini, diharapkan menjadi langkah awal yang penting untuk membekali remaja dengan pengetahuan serta kesadaran mereka untuk mengenali kekerasan seksual.
*Penulis: Dewi Fortuna Sari, S.I.P., M.Law
*Editor : Neola
Komentar0