![]() |
| Panti Asuhan/Yayasan Al-Amin bersama mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur. (Foto: Dok/Ist). |
Program ini dirancang untuk memperdalam pemahaman
siswa melalui kegiatan praktik di lapangan. Setelah mempelajari konsep moderasi
beragama di kelas, siswa kini diajak untuk menerapkannya secara nyata dalam
konteks kehidupan digital dan interaksi sosial.
Sebagai pembina kegiatan, Taufikurrahman menjelaskan
bahwa program ini menjadi tahapan lanjutan di kelas, harapannya mahasiswa
menjadi agen pioner moderasi beragama di masyarakat yang bisa mempraktikkan di
lembaga masing-masing
“Di kelas, siswa sudah mengenal teori dasar mengenai
moderasi beragama dan literasi digital. Kegiatan ini merupakan kelanjutannya,
agar mereka dapat menerapkan kemampuan tersebut secara nyata—seperti mengenali
hoaks, berdialog dengan santun, serta menjaga ruang digital tetap harmonis,”
kata Taufikurrahman.
Kegiatan ini diikuti oleh guru Pendidikan Agama,
siswa, dan perwakilan Kementerian Agama Kota Surabaya. Peserta mengikuti
workshop memilah informasi keagamaan, diskusi lintas perspektif, serta simulasi
identifikasi konten hoaks yang marak di media sosial.
Kepala Kemenag Surabaya, H. Ahmad Ramli,
mengapresiasi kegiatan ini karena memberikan pengalaman belajar yang utuh:
memahami teori di kelas, kemudian melanjutkannya dengan praktik di lapangan.
“Inilah pembelajaran berkelanjutan yang relevan
dengan tantangan digital. Siswa tak hanya memahami materi, tetapi juga
menginternalisasi dan mempraktikkannya,” ujarnya.
Para siswa mengaku kegiatan lanjutan ini membuat pembelajaran
semakin bermakna.
“Belajarnya jadi nyambung antara teori dan praktik.
Setelah belajar di kelas, kami bisa langsung mencoba cara mengecek informasi
dan berdiskusi,” ungkap Nabila, salah satu peserta.
Program ini akan dilanjutkan dengan penyusunan modul
lanjutan, pendampingan siswa, kampanye digital positif, serta evaluasi berkala
untuk menilai penerapan moderasi beragama di lingkungan sekolah.
Acara ditutup dengan deklarasi menjaga ruang digital
yang damai, inklusif, dan bebas dari ujaran kebencian—sejalan dengan semangat
“Rajut Kasih, Rangkai Kebersamaan.”

Komentar0