GUdpBSYpTSd0TSY5TUW8TSC5TA==

Rajut Kasih, Rangkai Kebersamaan: Menanamkan Nilai Toleransi, Kebersamaan, dan Cinta Tanah Air di Panti Asuhan/Yayasan Al-Amin

Panti Asuhan/Yayasan Al-Amin bersama mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur. (Foto: Dok/Ist).
Suara Time, Sidoarjo – Panti Asuhan/Yayasan Al-Amin bersama UPN “Veteran” Jawa Timur resmi meluncurkan Program Moderasi Beragama Berbasis Literasi Digital, Selasa (3/12), sebagai kegiatan lanjutan dari materi pembelajaran di kelas yang sebelumnya telah dibahas dalam mata pelajaran Pendidikan Agama, literasi digital, dan etika bermedia sosial.

Program ini dirancang untuk memperdalam pemahaman siswa melalui kegiatan praktik di lapangan. Setelah mempelajari konsep moderasi beragama di kelas, siswa kini diajak untuk menerapkannya secara nyata dalam konteks kehidupan digital dan interaksi sosial.

Sebagai pembina kegiatan, Taufikurrahman menjelaskan bahwa program ini menjadi tahapan lanjutan di kelas, harapannya mahasiswa menjadi agen pioner moderasi beragama di masyarakat yang bisa mempraktikkan di lembaga masing-masing

“Di kelas, siswa sudah mengenal teori dasar mengenai moderasi beragama dan literasi digital. Kegiatan ini merupakan kelanjutannya, agar mereka dapat menerapkan kemampuan tersebut secara nyata—seperti mengenali hoaks, berdialog dengan santun, serta menjaga ruang digital tetap harmonis,” kata Taufikurrahman.

Kegiatan ini diikuti oleh guru Pendidikan Agama, siswa, dan perwakilan Kementerian Agama Kota Surabaya. Peserta mengikuti workshop memilah informasi keagamaan, diskusi lintas perspektif, serta simulasi identifikasi konten hoaks yang marak di media sosial.

Kepala Kemenag Surabaya, H. Ahmad Ramli, mengapresiasi kegiatan ini karena memberikan pengalaman belajar yang utuh: memahami teori di kelas, kemudian melanjutkannya dengan praktik di lapangan.

“Inilah pembelajaran berkelanjutan yang relevan dengan tantangan digital. Siswa tak hanya memahami materi, tetapi juga menginternalisasi dan mempraktikkannya,” ujarnya.

Para siswa mengaku kegiatan lanjutan ini membuat pembelajaran semakin bermakna.

“Belajarnya jadi nyambung antara teori dan praktik. Setelah belajar di kelas, kami bisa langsung mencoba cara mengecek informasi dan berdiskusi,” ungkap Nabila, salah satu peserta.

Program ini akan dilanjutkan dengan penyusunan modul lanjutan, pendampingan siswa, kampanye digital positif, serta evaluasi berkala untuk menilai penerapan moderasi beragama di lingkungan sekolah.

Acara ditutup dengan deklarasi menjaga ruang digital yang damai, inklusif, dan bebas dari ujaran kebencian—sejalan dengan semangat “Rajut Kasih, Rangkai Kebersamaan.”

Komentar0

Type above and press Enter to search.