![]() |
| Taufiqurrohman |
Penulis : Adinata Wicaksana
Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Jember (PC PMII Jember) dalam dunia ide Sahabat Taufiq seyogyanya menempatkan diri sebagai kolaborator lintas sektor yang merespons tantangan sosial-ekologis dengan pendekatan pemberdayaan inklusif dan progresif. Cita "Sinergi Kolaboratif" yang Taufiqurrohman sudah gali dalam perenungan panjang bukan sekadar jargon ia adalah komitmen praktis untuk menghubungkan komunitas pesisir, petani, akademisi, serta organisasi lokal demi membangun ekosistem advokasi partisipatif berbasis data riil.
Setiap langkah kerja dimulai dari riset lapangan yang mendalam, pendampingan berkelanjutan, hingga pelatihan literasi ekologis yang menjadi jembatan menuju kemandirian masyarakat, terutama bagi mereka yang selama ini terpinggirkan dari sirkulasi pembangunan. Melalui riset kampanye digital dan workshop penguatan narasi berbasis data, PMII Jember mampu mengangkat isu-isu lokal Jember—konflik agraria petani kopi, degradasi gumuk pasir, kerusakan ekosistem pesisir—ke meja publik dengan argumentasi yang tajam dan terukur, bukan sekadar protes emosional.
Transformasi Kaderisasi melalui Laboratorium dan Mentoring Berkelanjutan
Transformasi kaderisasi menjadi prioritas strategis dalam gagasan Taufiqurrohman, mengubah paradigma dari rutinitas seremonial menjadi laboratorium kepemimpinan yang dinamis dan responsif. Kader PMII didorong mengembangkan kompetensi melalui pelatihan multidisiplin, riset kolaboratif lintas universitas, dan jejaring advokasi yang melibatkan Non-Government Organization (NGO) serta komunitas lokal, sehingga mampu menggerakkan perubahan nyata di tengah masyarakat. Program "Sosial Impact Lab" dengan desa binaan sebagai medan praksis memfasilitasi siklus mentoring berkelanjutan—setiap kader tanpa diskriminasi gender atau rumpun keilmuan diberi peluang menjadi mentor dan mentee secara bergiliran, belajar menghasilkan riset sosial, membangun dialog interdisipliner, dan menyusun rekomendasi kebijakan yang visioner. Laboratorium tersebut dimaksudkan untuk menjamin gerakan PMII tidak hanya menghabiskan energi pada aksi simbolis, tetapi benar-benar menginkubasi solusi sosial yang terukur dan berdampak jangka panjang bagi keberlanjutan masyarakat.
Data Driven Advokacy Movement sebagai Metodologi Perjuangan Agraria dan Ekologi
Program unggulan "Data Driven Advokacy Movement" Taufiqurrohman menandai pergeseran fundamental dalam cara PMII Jember memahami dan memerjuangkan isu agraria serta ekologi. Riset lapangan sistematis tentang persebaran konflik agraria, dampak revisi tata ruang pada nelayan dan petani, serta analisis mendalam terhadap penguasaan lahan di bawah dua hektar menjadi basis argumentatif advokasi yang kredibel dan terverifikasi. Workshop yang berisi penguatan narasi advokasi berbasis data dilakukan guna memastikan setiap kader mampu mengomunikasikan isu dengan presisi, mendokumentasikan problematika lapangan melalui metodologi riset yang mapan, dan menyusun rekomendasi kebijakan yang tidak sekadar kritik tetapi penawaran solusi alternatif. Kampanye Digital Isu Sosial memanfaatkan media digital untuk mengangkat narasi agraria yang sebenarnya—cerita petani yang tanahnya diserobot korporat, nelayan yang hasil lautnya menurun akibat degradasi ekosistem—menciptakan tekanan publik yang partisipatif dan terorganisir terhadap pemegang kebijakan.
Aswaja Action Incubator sebagai Benteng Ideologis Gerakan Sosial
Gagasan Taufiqurrohman memposisikan nilai Islam Aswaja progresif—tawasuth, tawazun, tasamuh, ta’adul—tidak sebagai pajangan ideologis tetapi sebagai metodologi kritis dalam memperjuangkan keadilan sosial dan agraria. Program "Pesantren Gerakan" mendiskusikan advokasi isu lokal dari sudut pandang keagamaan yang kontekstual, menghubungkan prinsip Aswaja dengan perjuangan nyata petani, nelayan, dan perempuan yang tertindas. "Aswaja in Motion" mengkaji teks-teks klasik dengan perspektif modernitas, memastikan nilai-nilai Islam NU tidak terputus dari realitas kontemporer, sementara "Voice of Aswaja" menyebarluaskan aksi advokasi dan nilai melalui media digital yang menjangkau basis mahasiswa luas. Strategi semacam ini dianggap sanggup mengubah PMII dari sekadar organisasi berbasis nilai menjadi aktor gerakan sosial yang konsisten memperjuangkan keadilan, anti-ekstremisme, berpihak pada perempuan, kelompok rentan lainnya, dan membela komunitas akar rumput terhadap eksploitasi ekologis dan ketidakadilan struktural.
PMII Gathering Multisektor sebagai Ekosistem Kolaborasi Lintas Stakeholder
Program "PMII Gathering Multisektor" dirancang Taufiqurrohman untuk memfasilitasi pertemuan dan koordinasi lintas aktor—dari organisasi petani, kelompok nelayan, komunitas perempuan, hingga LSM dan aparat pemerintah daerah—dalam pembacaan masalah bersama dan perumusan strategi advokasi kolaboratif. Pertemuan multisektor ini memastikan isu agraria dan ekologi tidak lagi menjadi proyek eksklusif PMII, tetapi agenda bersama yang melibatkan stakeholder beragam dengan kekuatan kolaboratif yang lebih besar. Penggabungan perspektif petani, peneliti universitas, aktivis ekologi, dan pembuat kebijakan menciptakan narasi yang integral dan solusi yang realistis, melampaui fragmentasi sektor yang selama ini menjadi kelemahan gerakan sosial. Leadership Camp dan Pekan Kreativitas Kader di desa binaan memastikan kader PMII tidak sekadar menjadi peserta seminar, tetapi sebagai pendamping sosial yang terbina komprehensif dalam memahami kompleksitas dan dinamika masyarakat lokal.
Literasi Digital Berbasis Aswaja sebagai Pertahanan Ideologis Era Revolusi Industri 5.0
Menelaah era digitalisasi dan revolusi industri 5.0, Taufiqurrohman mengidentifikasi bahwa literasi digital bukan sekadar keterampilan teknis tetapi medan pertarungan narasi dan ideologi yang krusial. Program "Resiliensi Literasi Digital Berbasis Aswaja" memastikan kader PMII Jember mampu memproduksi narasi moderat, kontra-ekstremisme, dan pro-keadilan sosial di ruang digital—dari Instagram hingga TikTok—menepis narasi intoleransi dan simplifikasi (hitam-putih) isu yang kerap tersebar di media sosial. Workshop pemberdayaan ekonomi digital dan kampanye digital isu sosial bukan hanya mengadaptasi tren, tetapi mengubah media digital menjadi sarana transformasi sosial, produksi wacana kritis, serta konsolidasi gerakan sosial yang terdesentralisasi namun tersentralisasi dalam nilai dan tujuan. Strategi demikian diharapkan dapat menjamin PMII Jember tetap relevan, adaptif, dan progresif di hadapan perubahan zaman, mengubah digital bukan menjadi ruang individualisme dan konsumsi tetapi menjadi medan aktualisasi gerakan sosial berbasis nilai Aswaja yang humanis, inklusif, dan transformatif.

Komentar0