Oleh. Mustofa Faqih. *
Dalam ekonomi global yang semakin terhubung, negara-negara semakin menyadari bahwa salah satu aset terbesarnya bukanlah hanya terletak di dalam batas geografisnya, melainkan juga di antara warga negaranya yang berada di luar negeri. Komunitas diaspora—individu yang telah beremigrasi namun mempertahankan ikatan kuat dengan tanah air mereka—kini diakui sebagai kekuatan entrepreneurial yang belum dimanfaatkan secara optimal. Mereka adalah lebih dari sekadar pengirim remitansi; mereka adalah jembatan vital yang menghubungkan negara asal dengan jaringan global, membawa kembali tidak hanya modal finansial, tetapi juga modal sosial, pengetahuan, dan inovasi yang krusial bagi pembangunan ekonomi nasional.
Secara tradisional, fokus pada diaspora seringkali terbatas pada aliran remitansi. Namun, penelitian modern dalam ilmu entrepreneurship dan ekonomi pembangunan menyoroti peran diaspora sebagai entrepreneur dan investor strategis. Mereka membangun bisnis di negara-negara maju, mengakumulasi kekayaan, pengalaman, dan pemahaman mendalam tentang pasar global dan teknologi mutakhir. Ketika mereka memutuskan untuk berinvestasi atau meluncurkan usaha di tanah air, mereka membawa serta praktik bisnis terbaik, etos kerja, serta akses ke pasar dan teknologi yang mungkin tidak tersedia secara lokal. Ini adalah bentuk Foreign Direct Investment (FDI) yang unik, seringkali lebih tahan banting dan berorientasi jangka panjang karena adanya ikatan emosional dan loyalitas.
Peran pemerintah dalam memanfaatkan potensi diaspora entrepreneurship sangatlah fundamental. Ini memerlukan pergeseran paradigma dari melihat diaspora sebagai "warga negara yang pergi" menjadi "mitra pembangunan global". Pemerintah harus secara proaktif menciptakan lingkungan yang kondusif bagi diaspora untuk berinvestasi dan berinovasi di tanah air. Ini termasuk menyederhanakan regulasi investasi, memberikan insentif fiskal yang menarik, serta memastikan perlindungan hukum bagi modal dan properti mereka. Selain itu, upaya diplomatik dan konsuler dapat diarahkan untuk membangun dan memelihara jaringan yang kuat dengan komunitas diaspora di seluruh dunia.
Lebih dari sekadar modal finansial, diaspora juga membawa modal intelektual dan inovatif. Banyak anggota diaspora yang sukses di bidang sains, teknologi, pendidikan, dan bisnis global. Ketika mereka kembali atau berkolaborasi dengan entitas di tanah air, mereka membawa serta know-how terkini, praktik manajemen modern, dan jaringan inovasi global. Fenomena brain circulation ini—berlawanan dengan brain drain—adalah aset tak ternilai bagi negara berkembang yang ingin mempercepat lompatan teknologi dan kapasitas inovasi mereka. Mereka dapat menjadi mentor bagi startup lokal, mendirikan pusat R&D, atau membentuk kemitraan strategis yang mentransfer teknologi.
Pemerintah juga dapat memfasilitasi platform khusus yang menghubungkan diaspora dengan peluang entrepreneurship di dalam negeri. Ini bisa berupa online portals yang menampilkan proyek investasi atau kemitraan yang membutuhkan keahlian diaspora, program inkubasi atau akselerator yang menargetkan diaspora entrepreneurs, atau bahkan membentuk dana investasi khusus yang disalurkan oleh dan untuk diaspora. Contoh sukses dapat dilihat dari negara-negara seperti India dan Tiongkok yang secara agresif merangkul diaspora mereka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor teknologi dan startup.
Meskipun demikian, ada tantangan yang harus diatasi. Birokrasi yang rumit, ketidakpastian hukum, korupsi, dan kurangnya informasi yang memadai dapat menjadi penghalang bagi diaspora untuk berinvestasi. Oleh karena itu, transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi birokrasi adalah prasyarat mutlak untuk menarik dan mempertahankan investasi diaspora. Pemerintah juga perlu secara aktif mengidentifikasi gap keahlian dan peluang investasi di sektor-sektor strategis, kemudian secara proaktif mencocokkan ini dengan keahlian dan minat diaspora.
Pada tingkat makro, diaspora entrepreneurship dapat berkontribusi pada diversifikasi ekonomi nasional dan mengurangi ketergantungan pada sektor tradisional. Dengan membawa ide-ide bisnis baru dan berorientasi ekspor, diaspora dapat membantu menciptakan industri baru yang berdaya saing global. Ini adalah strategi yang cerdas untuk membangun ketahanan ekonomi jangka panjang dan menciptakan lapangan kerja yang berkualitas tinggi.
Walhasil, diaspora entrepreneurship adalah jembatan emas yang menghubungkan potensi global dengan kebutuhan pembangunan nasional. Dengan memanfaatkan jaringan, modal, dan pengetahuan yang dimiliki oleh warga negara di luar negeri, suatu bangsa tidak hanya dapat menarik investasi, tetapi juga mempercepat inovasi, meningkatkan daya saing global, dan pada akhirnya, membangun masa depan ekonomi yang lebih inklusif dan makmur. Ini adalah bentuk manajemen kebangsaan yang visioner, yang melihat setiap warga negara, di mana pun mereka berada, sebagai aset tak ternilai
* Praktisi Entrepreneurship & Busines Consultant.
Komentar0