GUdpBSYpTSd0TSY5TUW8TSC5TA==

Pendidikan, Pekerjaan Tauhid yang Membangun Peradaban Masa Depan Bangsa

Muttaqin Kholis Ali, Guru Informatika yang tinggal di Kab Mandailing Natal, Sumatera Utara. (Foto: Dok/Ist).

Suara Time, Opini - Di era globalisasi dan disrupsi teknologi seperti sekarang, pendidikan bukan lagi sekadar aktivitas transfer ilmu. Pendidikan telah menjadi pekerjaan tauhid—tugas suci yang menentukan arah peradaban bangsa ini ke depan. Jika kita gagal membangun sistem pendidikan yang kuat dan berjiwa nasionalis, maka kita sama saja mengorbankan masa depan generasi mendatang. Kita harus belajar dari sejarah, bagaimana Jepang dan Jerman pasca Perang Dunia II bangkit bukan karena kekuatan militer atau ekonomi semata, tapi karena investasi besar mereka pada pendidikan. Mereka memahami, bahwa pendidikan adalah pondasi utama bagi peradaban yang tahan banting menghadapi krisis.

Sayangnya, realitas pendidikan Indonesia saat ini masih jauh dari ideal. Menurut data UNESCO (2023), Indonesia masih memiliki tingkat putus sekolah sekitar 3,5% dan kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah yang sangat mencolok. Lebih miris lagi, menurut World Bank (2022), hanya sekitar 37% guru di Indonesia yang memenuhi standar kompetensi minimal, yang berimbas langsung pada kualitas pembelajaran. Ini adalah alarm keras bahwa kita belum benar-benar serius menjadikan pendidikan sebagai prioritas pembangunan nasional. Padahal, sebagaimana dicontohkan Jepang dan Jerman, kualitas guru dan akses pendidikan merata adalah kunci kebangkitan sebuah bangsa.

Pendidikan tidak boleh dilihat hanya sebagai urusan teknis atau administratif. Ia adalah pekerjaan tauhid yang harus dikerjakan dengan penuh ketulusan, kesabaran, dan jiwa nasionalis. Para pendidik adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang menanamkan nilai, karakter, dan cinta tanah air di setiap jiwa anak bangsa. Kita mungkin bisa mengimpor teknologi dan kurikulum, tapi kita tidak bisa mengimpor hati dan rasa cinta yang tulus pada bangsa. Hanya guru dan dosen Indonesia yang memahami denyut nadi anak bangsa secara mendalam dan mampu menumbuhkan rasa bangga menjadi Indonesia.

Peran pendidikan dalam membangun peradaban juga harus dipandang sebagai investasi jangka panjang yang hasilnya tidak instan. Seperti menanam pohon, butuh waktu dan perawatan terus menerus agar tumbuh kuat dan berbuah lebat. Oleh karena itu, setiap kebijakan pendidikan harus fokus pada proses, bukan semata hasil ujian atau nilai statistik. Kita harus mendukung pendidik dengan kesejahteraan yang layak, pelatihan berkelanjutan, serta lingkungan belajar yang kondusif agar mereka mampu menjalankan tugas mulia ini dengan sepenuh hati.

Dana pendidikan saat ini masih kurang optimal dialokasikan. Padahal menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2024), alokasi anggaran pendidikan Indonesia baru mencapai sekitar 20% dari total anggaran negara, jauh di bawah rekomendasi UNESCO sebesar minimal 25%. Ini menunjukkan masih ada ruang besar bagi pemerintah untuk meningkatkan prioritas pendidikan sebagai jantung pembangunan bangsa. Jangan sampai negara lain yang kalah perang bisa bangkit cepat karena pendidikan, sementara kita yang belum pernah kalah perang malah terjebak pada stagnasi dan ketertinggalan.

Saatnya semua pihak—pemerintah, masyarakat, dan pelaku pendidikan—bersepakat bahwa pendidikan adalah pekerjaan tauhid yang menentukan masa depan peradaban bangsa. Dengan membangun sistem pendidikan yang berintegritas, merata, dan berjiwa nasionalis, kita sedang menanam benih masa depan yang kuat dan berkelanjutan. Jika kita lalai sekarang, bukan hanya generasi kita yang rugi, tetapi seluruh masa depan Indonesia akan terancam. Maka mari jadikan pendidikan sebagai ladang amal terbesar dan strategi utama untuk mengangkat martabat bangsa di mata dunia.


*) Penulis adalah Muttaqin Kholis Ali, Guru Informatika yang tinggal di Kab Mandailing Natal, Sumatera Utara, selain berprofesi sebagai Guru, Muttaqin juga merupakan pegiat pendidikan dan peneliti di bidang Penelitian Pengembangan Teknologi Digital.

Komentar0

Type above and press Enter to search.