Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si, M.P.W.K.
Oleh : Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si, M.P.W.K. (Dosen Program Studi Magister Studi
Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Terbuka, Dewan Pembina Yayasan Lingkungan Hidup Estuari)
Hari Mangrove Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 26 Juli merupakan
momentum strategis yang penting untuk mengingatkan masyarakat dan pemerintah
akan urgensi pelestarian ekosistem mangrove yang memiliki peranan vital dalam
menjaga keseimbangan lingkungan dan menopang kehidupan masyarakat pesisir. Mangrove tidak hanya berfungsi sebagai pelindung garis pantai dari abrasi
dan badai, melainkan juga sebagai penyerap karbon alami yang sangat signifikan
dalam upaya mitigasi perubahan iklim global. Namun demikian, keberhasilan
konservasi mangrove tidak dapat dicapai hanya melalui upaya pemerintah atau
lembaga konservasi semata. Sinergi yang terjalin antara pemerintah, masyarakat
lokal, akademisi, dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan konservasi yang
berkelanjutan.
Masyarakat
pesisir adalah pemangku kepentingan utama karena mereka hidup berdampingan
dengan mangrove dan sangat bergantung pada ekosistem ini untuk mata pencaharian
mereka. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan
pengelolaan sumber daya alam yang ramah lingkungan, pengembangan ekowisata
berbasis mangrove, serta akses pembiayaan dan dukungan teknologi menjadi sangat
krusial agar masyarakat tidak sekadar menjadi objek konservasi tetapi aktor
utama yang merasakan manfaat langsung dari upaya pelestarian ini. Dengan
pemberdayaan yang efektif, konservasi mangrove akan menjadi bagian integral
dari kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir.
Peran kolaborasi lintas sektor juga tidak kalah penting. Pemerintah harus
menyediakan regulasi yang jelas dan tegas serta mendukung program-program
konservasi dan rehabilitasi mangrove. Akademisi dan lembaga riset berperan
dalam menyediakan penelitian ilmiah yang mendalam dan inovasi teknologi
konservasi yang tepat guna. Sektor swasta, selain menjalankan tanggung jawab
sosial lingkungan, juga dapat menyediakan sumber daya finansial serta mendukung
pengembangan usaha berbasis mangrove yang berkelanjutan. Sinergi ini menjadi
fondasi yang kuat agar upaya pelestarian mangrove tidak sekedar bersifat proyek
jangka pendek, melainkan menimbulkan dampak jangka panjang bagi keseimbangan
ekosistem dan kesejahteraan masyarakat.
Hari Mangrove Sedunia tahun 2025 merupakan panggilan nyata bagi seluruh
elemen bangsa untuk bersatu dalam aksi nyata. Momentum ini harus melampaui
sekadar seremonial namun harus dijadikan
titik awal penguatan komitmen bersama dalam rehabilitasi dan perlindungan
mangrove secara menyeluruh. Melalui sinergi yang harmonis antara konservasi dan
pemberdayaan masyarakat, mangrove tidak hanya bisa berperan sebagai benteng
alami dan penyerap karbon, tetapi juga sebagai sumber penghidupan yang
berkelanjutan bagi masyarakat pesisir. Dengan demikian, pelestarian mangrove
akan terus memberikan manfaat ekologis dan sosial-ekonomi yang berkelanjutan,
menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup generasi sekarang dan yang akan
datang.
Komentar0