GUdpBSYpTSd0TSY5TUW8TSC5TA==

Plastik dan Bencana Lingkungan: Refleksi di Hari Lingkungan Hidup Sedunia

 


Penulis :

Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si, M.P.W.K.

Dosen Prodi Magister Studi Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Terbuka dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Lingkungan Hidup Estuari

Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap tanggal 5 Juni  adalah momen penting yang mengingatkan kita akan tanggung jawab besar untuk menjaga kelestarian lingkungan. Di tengah berbagai tantangan lingkungan yang semakin kompleks, pencemaran plastik muncul sebagai salah satu masalah yang paling mendesak untuk segera diatasi. Dahulu, plastik dianggap sebagai inovasi praktis yang mempermudah kehidupan. Namun kini, sifat plastik yang sulit terurai telah menjadi sumber bencana lingkungan, menumpuk di berbagai ekosistem dan menimbulkan dampak negatif yang luas dan serius.

Sampah plastik yang berserakan di darat dan laut bukan hanya merusak keindahan alam, tetapi juga mengancam kehidupan flora dan fauna secara nyata. Hewan-hewan laut sering kali menjadi korban fatal akibat terjerat sampah plastik atau menelannya secara tidak sengaja. Misalnya, kasus paus yang terdampar dengan perut penuh plastik dan penyu yang terjebak dalam jaring plastik menunjukkan betapa seriusnya dampak pencemaran plastik. Gangguan pada rantai makanan dan keseimbangan ekosistem laut menjadi sangat nyata dan memicu efek domino yang merugikan berbagai pihak, termasuk manusia.

Selain dampak pada ekosistem laut, plastik yang terurai menjadi partikel mikroplastik telah masuk ke dalam rantai makanan manusia. Mikroplastik merupakan partikel plastik berukuran sangat kecil yang berasal dari pecahan plastik maupun produk konsumen berbahan plastik. Keberadaan mikroplastik ini menimbulkan risiko kesehatan yang masih sulit dipahami sepenuhnya, tetapi kekhawatiran tentang dampak negatifnya semakin meningkat berdasarkan berbagai penelitian yang sedang berlangsung.

Refleksi di Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2025 ini harus menjadi panggilan untuk mengubah pola konsumsi plastik. Pengurangan penggunaan plastik sekali pakai menjadi langkah krusial dan paling mudah diimplementasikan oleh masyarakat luas. Pemerintah juga memiliki peran besar dengan memperkuat regulasi, menerapkan sistem pengelolaan limbah yang efektif, serta mendukung inovasi bahan alternatif yang ramah lingkungan seperti kemasan biodegradable. Langkah-langkah tersebut harus dijalankan secara sinergis agar hasilnya maksimal.

Setiap individu dan komunitas dapat memberikan kontribusi nyata melalui perubahan kebiasaan sehari-hari. Dari tindakan sederhana seperti membawa tas belanja sendiri, menolak sedotan plastik, hingga memilah sampah di rumah, semua langkah kecil ini jika dilakukan secara massal akan berdampak besar pada pengurangan limbah plastik. Edukasi berkelanjutan menjadi kunci dalam membangun kesadaran dan budaya ramah lingkungan agar perubahan ini tidak hanya bersifat sementara.

Krisis plastik juga membawa implikasi sosial dan ekonomi yang serius. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh plastik dapat menurunkan kualitas hidup masyarakat akibat dampak kesehatan dan kerusakan lingkungan yang ikut mempengaruhi kesejahteraan. Selain itu, kerugian ekonomi bisa muncul dari menurunnya sektor pariwisata, rusaknya sumber daya laut, dan melonjaknya biaya pengelolaan sampah. Oleh karena itu, penanganan pencemaran plastik harus menjadi prioritas bersama dengan komitmen yang nyata.

Hari Lingkungan Hidup Sedunia mengajak kita semua untuk menjadikan kesadaran ini sebagai sebuah momentum perubahan bukan hanya di level ucapan, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata yang berkelanjutan. Komitmen kolektif hari ini sangat menentukan kesehatan bumi, kelestarian ekosistem, dan masa depan sumber daya alam yang masih bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Mari bersama-sama jaga bumi kita dari ancaman plastik agar tetap lestari, sehat, dan indah untuk kehidupan yang lebih baik.

Komentar0

Type above and press Enter to search.