GUdpBSYpTSd0TSY5TUW8TSC5TA==

Ketika Bermain Menjadi Jalan Pulang Keluarga

Family Fun Dau : Boardgameland IP Surabaya dan Madura

Suara Time, Jatim
- Di banyak rumah hari ini, kita bisa menemukan pemandangan yang sama: ayah sibuk dengan pekerjaannya, ibu tenggelam dalam urusan domestik, dan anak-anak larut dalam dunia gawai. Semua berada di ruang yang sama, tetapi jarang benar-benar bersama.

Bukan karena kita tidak saling menyayangi. Sering kali, justru karena kita ingin memberikan yang terbaik bagi keluarga bekerja lebih keras, mengurus lebih banyak hal hingga lupa menyediakan satu kebutuhan mendasar: waktu hadir sepenuhnya satu sama lain. Di sinilah bermain mengambil peran yang sering diremehkan.

Bermain Bukan Hal Sepele

Bagi anak, bermain adalah bahasa utama untuk belajar, berekspresi, dan membangun rasa aman. Namun bagi orangtua, bermain kerap dianggap sebagai aktivitas tambahan kalau sempat. Tidak jarang orangtua merasa canggung, kikuk, bahkan bingung harus bermain apa dan bagaimana dengan anaknya sendiri.

Padahal, bermain bukan tentang permainan yang mahal atau metode yang rumit. Bermain adalah soal kehadiran. Duduk sejajar, tertawa bersama, kalah dan menang bersama, lalu saling menyapa tanpa jarak.

Kegiatan Board Game Land Surabaya Madura (Suramadu) yang digelar oleh Ibu Profesional Surabaya Madura menjadi contoh sederhana bagaimana bermain dapat mengembalikan fungsi keluarga sebagai ruang aman dan hangat. Di ruang itu, orangtua dan anak tidak dinilai dari peran sosialnya, melainkan hadir sebagai satu tim keluarga.

Orangtua Juga Perlu Belajar Bermain


Menariknya, dalam sesi obrolan keluarga pada kegiatan tersebut, banyak orangtua menyadari satu hal penting:
bukan anak yang sulit diajak bermain, melainkan orangtuanya yang telah lupa caranya bermain.

Permainan masa kecil yang dulu begitu akrab kini terasa asing. Kita lebih terbiasa memberi instruksi daripada ikut terlibat. Lebih sering mengawasi daripada menemani. Bermain menuntut kita untuk melepaskan kontrol, menurunkan ego, dan bersedia terlihat “tidak sempurna” di hadapan anak.

Namun justru di situlah bonding tumbuh. Ketika anak melihat orangtuanya tertawa, kalah dengan lapang dada, dan berusaha lagi, anak belajar tentang emosi, resiliensi, dan kerja sama—tanpa ceramah.

Keluarga sebagai Tim

Dalam keluarga yang sehat, tidak ada peran yang berjalan sendiri-sendiri. Ayah, ibu, dan anak adalah satu tim yang saling menguatkan. Bermain menghadirkan simulasi kehidupan dalam skala kecil: mengambil keputusan, menghadapi konflik, menunggu giliran, dan merayakan keberhasilan bersama.

Berbagai studi tentang perkembangan anak menunjukkan bahwa waktu bermain bersama keluarga berkorelasi positif dengan kesehatan mental anak, keterampilan sosial, dan kelekatan emosional. Lebih jauh lagi, keluarga yang memiliki ritual bermain bersama cenderung lebih tangguh dalam menghadapi tekanan hidup.

Pulang ke Hal yang Paling Dasar

Di tengah hiruk-pikuk kota, target hidup, dan tuntutan ekonomi, bermain mengajak kita untuk pulang ke hal yang paling dasar:
menjadi keluarga yang saling hadir.

Tidak harus setiap hari.
Tidak harus lama.
Yang penting, dilakukan dengan kesadaran dan ketulusan.

Membangun keluarga memang tidak mudah. Namun, ia bisa dibuat lebih ringan, lebih hangat, dan lebih membahagiakan dengan cara yang sederhana:
main bareng, ngobrol bareng, dan beraktivitas bareng.

Karena pada akhirnya, keluarga tidak dibangun dari seberapa sibuk kita bekerja, melainkan dari seberapa sering kita benar-benar pulang secara fisik dan emosional kepada orang-orang yang kita cintai.

Komentar0

Type above and press Enter to search.