![]() |
| Ilustrasi - (Foto: freepik.com). |
Suara Time, Opini - Coba deh jujur: pernah nggak merasa uang cepat habis padahal kamu sudah merasa hemat? Atau kamu punya usaha kecil, tapi tiap bulan nggak tahu apakah kamu benar-benar untung atau cuma “numpang rame”? Banyak dari kita mengalami hal yang sama, dan biasanya penyebabnya bukan karena kita tidak pandai mengatur uang, tapi karena kita belum terbiasa dengan akuntansi sederhana.
Akuntansi itu sebenarnya tidak serumit yang kita bayangkan. Bukan cuma soal laporan keuangan dan tabel panjang, tapi sesederhana mencatat uang masuk dan uang keluar. Dari situ saja, kita bisa lihat pola pengeluaran kita, kebiasaan boros mana yang paling sering muncul, dan apakah penghasilan kita sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Di era digital seperti sekarang, godaan belanja ada di mana-mana. Ada diskon, flash sale, paylater, cicilan nol persen—semua hanya sejauh sentuhan jari. Kalau tidak punya catatan keuangan yang jelas, kita bisa keasyikan belanja tanpa sadar sampai akhirnya bingung ke mana perginya uang. Catatan keuangan yang rapi membantu kita menahan diri, karena kita tahu batasnya di mana.
Untuk yang punya UMKM, akuntansi itu justru lebih penting lagi. Banyak usaha kecil yang produknya bagus, pelanggannya banyak, tapi tetap kesulitan berkembang. Kenapa? Karena tidak ada pencatatan. Pemilik usaha tidak tahu biaya produksi per item, berapa margin ideal, atau berapa modal yang harus diputar setiap bulan. Akhirnya, usaha berjalan hanya berdasarkan perasaan dan perkiraan.
Dengan akuntansi sederhana, semua itu jadi lebih jelas. Kita bisa tahu apakah harga jual sudah tepat atau justru bikin rugi pelan-pelan tanpa disadari. Kita juga bisa tahu kapan waktunya menambah stok, kapan harus promosi, atau kapan harus berhemat dulu.
Kabar baiknya, sekarang ada banyak aplikasi yang bisa membantu. Mulai dari aplikasi catatan harian, aplikasi kasir digital, sampai software akuntansi khusus UMKM. Kita tidak harus jago matematika untuk mulai mencatat. Bahkan dengan buku tulis pun bisa. Yang penting adalah konsistensi.
Kalau dipikir-pikir, akuntansi sebenarnya bukan soal angka. Ini soal memahami diri sendiri dan arah hidup kita. Catatan keuangan yang rapi itu seperti kompas: dari situ kita tahu langkah apa yang harus diambil. Apakah kita harus mulai menabung lebih banyak? Apakah pengeluaran kita sudah sesuai prioritas? Atau apakah usaha kita siap untuk naik level?
Bahkan keputusan-keputusan besar dalam hidup—seperti beli motor baru, investasi pertama, nambah karyawan, atau buka cabang usaha—lebih mudah diambil kalau kita punya data yang jelas. Angka-angka itu memberi kita rasa aman dan keyakinan dalam melangkah.
Akuntansi memberi kita gambaran nyata, bukan sekadar perasaan atau kira-kira. Dan yang paling penting, memulai itu tidak harus sempurna. Cukup lakukan dari yang sederhana: catat pengeluaran harian, pisahkan uang pribadi dan usaha, atau gunakan satu aplikasi untuk mencatat transaksi. Konsisten sedikit demi sedikit, nanti hasilnya terasa besar.
Pada akhirnya, akuntansi adalah skill hidup. Sama seperti bisa masak, bisa berkendara, atau bisa pakai internet. Ini bukan bakat—ini kebiasaan yang bisa dipelajari siapa pun. Semakin cepat kita membiasakannya, semakin cepat juga kita menuai manfaatnya. Karena kalau kita bisa mengelola uang dengan baik hari ini, kita sedang mempersiapkan masa depan yang lebih aman, lebih stabil, dan lebih bebas.
Selain itu, akuntansi juga dapat membantu kita mengidentifikasi peluang-peluang baru. Dengan memiliki data keuangan yang akurat, kita dapat melihat area-area yang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan pendapatan. Kita juga dapat mengidentifikasi biaya-biaya yang tidak perlu dan menghemat uang dengan cara yang lebih efektif.
Akuntansi juga membantu dalam perencanaan jangka panjang. Dengan data keuangan, kita bisa membuat proyeksi dan target yang realistis: kapan bisa melunasi utang, kapan bisa mulai investasi, atau kapan usaha siap ekspansi. Semua jadi lebih terarah.
Yang tak kalah penting, akuntansi bisa membangun kepercayaan. Bagi pemilik bisnis, pencatatan yang jelas membuat investor, bank, dan pelanggan lebih yakin. Bagi diri sendiri, catatan keuangan memberi rasa percaya diri dalam mengambil keputusan.
Selain itu, kita bisa mulai dengan langkah-langkah kecil yang sangat mudah dilakukan. Misalnya, selalu minta struk setiap kali berbelanja lalu kumpulkan dalam satu tempat. Di akhir minggu, rekam semua struk itu ke dalam catatan pengeluaran. Cara sederhana ini bisa membuka mata kita tentang seberapa sering kita mengeluarkan uang untuk hal-hal kecil seperti jajan, ongkos transportasi tambahan, atau belanja impulsif yang sebenarnya tidak begitu dibutuhkan. Disiplin kecil seperti ini, kalau dilakukan terus-menerus, akan membawa perubahan besar pada kondisi keuangan.
Bagi UMKM, akuntansi sederhana bahkan bisa jadi alat untuk bertahan. Sebagai contoh, bayangkan ada penjual kopi kekinian yang setiap hari tokonya ramai, tapi ia tidak mencatat biaya bahan baku, ongkos sewa, dan gaji pegawai. Ia merasa untung karena laris, padahal setelah dihitung, margin keuntungannya sangat tipis bahkan bisa jadi rugi. Sebaliknya, pelaku usaha yang rajin mencatat setiap transaksi akan lebih mudah mengatur strategi: menaikkan harga ketika biaya meningkat, mencari supplier lebih murah, atau mengurangi produk yang kurang laku. Mereka bisa mengambil keputusan bisnis berdasarkan data nyata, bukan hanya intuisi.
Jadi, mari kita mulai membiasakan diri dengan akuntansi dan membuat keuangan kita lebih terkontrol. Ingat, akuntansi bukan hanya tentang angka, tapi tentang memahami diri sendiri dan arah hidup kita. Catat mulai hari ini, nikmati hasilnya esok hari.
*) Penulis adalah Febryana Chaeruniza, Mahasiswi Akuntansi Universitas Pamulang.

Komentar0