![]() |
Mahasiswa Program Studi Film dan Televisi, ISI Surakarta berpartisipasi aktif di Faralljibrill Photography. (Foto: Dok/Ist). |
Suara Time, Surakarta – Mahasiswa Program Studi Film dan Televisi, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta kembali menunjukkan eksistensinya di dunia kreatif melalui partisipasi aktif dalam kegiatan magang di Faralljibrill Photography, sebuah rumah produksi visual yang dikenal dengan kekuatan sinematik dan estetikanya. Salah satu proyek unggulan yang menjadi sorotan selama kegiatan magang ini adalah produksi karya sinematografi yang mengangkat cerita pewayangan klasik Raden Kamajaya dan Dewi Kamaratih, dua sosok simbol cinta dan kesetiaan dalam mitologi Jawa.
Proyek ini merupakan bagian dari implementasi program magang yang dirancang untuk menjembatani pengalaman akademik dengan praktik industri. Mahasiswa yang terlibat tidak hanya ditugaskan sebagai observer atau pembantu teknis, tetapi mengambil peran aktif sebagai penulis naskah sekaligus pengkonsep visual sinematografi. Mereka terlibat sejak awal dalam tahapan pra-produksi, termasuk riset budaya, penulisan skenario, treatment visual, hingga tahap produksi dan pascaproduksi.
Dengan latar belakang pendidikan seni yang kuat, para mahasiswa Film dan Televisi ISI Surakarta berupaya mentransformasikan nilai-nilai filosofis dalam kisah Kamajaya dan Kamaratih ke dalam bentuk visual yang sinematik dan relevan. Mereka mengangkat sisi spiritual, romantik, dan simbolik dari kisah ini, sekaligus mempertemukannya dengan pendekatan sinematografi modern. Pilihan tone warna, sudut pengambilan gambar, blocking, hingga tata pencahayaan dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan suasana yang puitis namun kuat secara visual.
Faralljibrill Photography, sebagai mitra industri dalam program ini, memberikan ruang eksperimentasi yang luas bagi para mahasiswa untuk belajar langsung di lapangan. Dalam proses produksi, mereka dilibatkan dalam diskusi kreatif, pengambilan keputusan artistik, hingga praktik penggunaan kamera dan penyusunan mise-en-scène. Melalui arahan profesional di lapangan, mahasiswa tidak hanya belajar aspek teknis perfilman, tetapi juga merasakan tantangan riil dalam dunia kerja kreatif.
“Kolaborasi ini adalah bentuk simbiosis yang luar biasa antara pendidikan dan industri,” ungkap salah satu mentor dari Faralljibrill Photography. “Kami melihat potensi besar dari para mahasiswa yang tidak hanya punya visi artistik, tetapi juga mampu memahami konteks budaya yang ingin mereka angkat. Proyek Kamajaya – Kamaratih ini menjadi bukti bahwa sinema bisa menjadi medium pelestarian budaya yang hidup dan berdialog dengan zaman.”
Sementara itu, dari pihak ISI Surakarta, kegiatan ini sejalan dengan visi institusi untuk mendorong mahasiswa menjadi pelaku seni yang adaptif, kritis, dan kreatif. Program Studi Film dan Televisi ISI Surakarta selama ini memang dikenal dengan pendekatan kurikulum yang menekankan integrasi antara nilai-nilai lokal dengan eksplorasi media kontemporer.
“Kami bangga mahasiswa kami mampu menginterpretasikan nilai-nilai luhur budaya Nusantara melalui medium sinema, dengan pendekatan yang artistik namun komunikatif,” kata salah satu dosen pembimbing lapangan. “Dengan proyek ini, mereka tidak hanya mengasah kemampuan teknis, tetapi juga kemampuan naratif dan sensitivitas budaya.”
Dengan mengangkat tema yang begitu sarat makna, karya ini diharapkan tidak hanya menjadi portofolio kreatif bagi para mahasiswa, tetapi juga menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya Jawa melalui pendekatan visual modern yang menjangkau generasi digital.
Proyek ini dijadwalkan akan dirilis dalam bentuk film pendek dan dokumentasi proses kreatif, serta akan ditayangkan di berbagai forum akademik dan festival seni lokal. Selain itu, dokumentasi proyek akan digunakan sebagai materi pembelajaran di internal kampus serta menjadi bagian dari pengembangan kurikulum berbasis praktik langsung.
Kolaborasi antara ISI Surakarta dan Faralljibrill Photography ini diharapkan dapat menjadi model kemitraan strategis yang berkelanjutan, dalam rangka mencetak generasi sineas muda yang tidak hanya mahir secara teknis, namun juga memiliki kekayaan perspektif budaya yang kuat.
Komentar0