![]() |
Rahayu Saraswati telah membuka ruang bagi diaspora muda yang awalnya tidak tertarik dengan politik. (Foto: Dok/Ist). |
Suara Time, Jakarta — Keputusan pengunduran diri Anggota DPR RI Rahayu Saraswati Djojohadikusumo menuai sorotan luas. Banyak pihak menilai kepergian beliau meninggalkan ruang kosong dalam politik Indonesia, mengingat kiprah dan kontribusinya yang nyata bagi masyarakat, terutama anak muda dan diaspora muda Indonesia.
Sebagai diaspora muda, Raga Awandayu Prakasa menyampaikan pandangannya. Menurutnya, Rahayu Saraswati adalah sosok pemimpin yang konsisten membuka ruang belajar politik bagi anak muda, termasuk bagi diaspora muda di luar negeri. “Bagi kami yang berada di rantau, Mbak Saras adalah figur yang memberi kesempatan generasi muda untuk mengenal, memahami, dan berani terlibat dalam dunia politik. Ia mengajarkan bahwa politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, tetapi juga ruang pengabdian,” ujarnya.
Polemik yang menimpa Rahayu Saraswati belakangan ini, menurut Raga, tidak sepenuhnya mencerminkan fakta. “Kita harus jujur bahwa yang beredar di publik hanyalah potongan klip yang kemudian digoreng dan dipelintir. Padahal, jika didengar secara utuh, maksud beliau jelas: mendorong anak muda agar mandiri dan tidak semata-mata bergantung pada negara. Sayangnya, framing media menjadikan niat baik itu seolah-olah kesalahan besar,” tegasnya.
Dukungan justru terus mengalir bagi Rahayu Saraswati. Dari masyarakat di Dapil III Jakarta—Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu—hingga tokoh publik, tokoh nasional, kader partai, serta orang-orang yang pernah merasakan kebaikan, serta visi besar, dan perjuangannya. Banyak yang menilai bahwa gaya kepemimpinan Saraswati yang visioner, dekat dengan rakyat, dan penuh dedikasi adalah hal yang jarang ditemukan di dunia politik hari ini.
Lebih dari sekadar legislator, Rahayu Saraswati telah membuka ruang bagi diaspora muda yang awalnya tidak tertarik dengan politik. Ia hadir, menyapa, dan melebur di tengah komunitas, mendengarkan aspirasi mereka, serta menanamkan kesadaran bahwa politik bisa menjadi sarana perubahan nyata. Dari interaksi sederhana itu, tumbuh generasi diaspora yang lebih peduli, lebih percaya diri, dan siap berkontribusi bagi bangsa.
Kiprah Saraswati juga tercermin dari keberaniannya memperjuangkan isu-isu penting, mulai dari pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, perdagangan manusia, hingga isu lingkungan hidup. Komitmen tersebut membuatnya masuk dalam daftar Fortune Indonesia 40 Under 40 Tahun 2025, sebagai salah satu tokoh muda paling berpengaruh di Indonesia.
Di luar identitasnya sebagai kader partai, Rahayu Saraswati dikenal memiliki kepedulian yang tulus terhadap sesama dan generasi penerus bangsa. Ia melihat anak-anak muda bukan sekadar konstituen, melainkan aset bangsa yang harus dibimbing dan diberdayakan. Dedikasi semacam ini jarang ditemukan di dunia politik, dan karenanya layak diapresiasi.
Kehilangan figur seperti Rahayu Saraswati di parlemen bukan hanya kerugian bagi partai atau konstituen, melainkan juga kerugian bagi bangsa. Tanpa sosok dengan kapasitas, integritas, dan kepedulian seperti dirinya, DPR RI berisiko diisi oleh mereka yang hanya mengejar jabatan tanpa ketulusan.
Sebagai diaspora muda, Raga Awandayu Prakasa menutup pernyataannya dengan menegaskan: “Kami tidak ingin DPR diisi oleh orang-orang yang hanya mengejar jabatan tanpa kapasitas dan ketulusan. Kehadiran Mbak Saras adalah harapan bagi anak muda dan diaspora Indonesia. Tidak hanya bagi Dapil Jakarta, mundurnya beliau juga akan menjadi kehilangan besar bagi generasi muda yang sedang mencari panutan politik yang bersih dan visioner.”
Komentar0