GUdpBSYpTSd0TSY5TUW8TSC5TA==

Merajut Kembali Benang Demokrasi yang Lusuh

Penulis: Rifqi Rizki Ramadhan, Mahasiswa Universitas Pamulang Tangerang Selatan, Banten. (Foto: Dok/Ist).

Suara Time, Opini - Salah satu alasan utama mengapa demokrasi kita terasa lusuh adalah erosi kepercayaan publik. Studi dari lembaga seperti Indikator Politik Indonesia kerap menunjukkan fluktuasi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga demokrasi, termasuk partai politik dan parlemen. Fenomena politik transaksional dan korupsi yang terus-menerus diberitakan menjadi pemicu utama. Ketika wakil rakyat yang seharusnya memperjuangkan kepentingan publik justru terjerat kasus suap atau jual beli jabatan, bagaimana mungkin masyarakat percaya?

Selain itu, polarisasi politik yang tajam juga turut melusuhkan benang demokrasi. Pasca-pemilu, seringkali kita melihat perpecahan yang dalam di masyarakat, bukan hanya di tingkat elite, tetapi juga di akar rumput. Media sosial, alih-alih menjadi ruang diskusi yang sehat, justru kerap menjadi arena perang argumen yang memecah belah. Hal ini diperparah dengan maraknya hoaks dan disinformasi yang menyasar opini publik, menggoyahkan nalar kritis dan memicu kebencian.

Bagaimana Merajutnya Kembali?

Merajut kembali benang demokrasi yang lusuh bukanlah tugas mudah, namun bukan pula mustahil. Pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas utama yang tak kenal kompromi. Penegakan hukum yang adil dan transparan, tanpa pandang bulu, akan mengembalikan sedikit demi sedikit kepercayaan publik. Langkah ini harus didukung dengan reformasi birokrasi dan sistem pengawasan yang lebih ketat.

Kedua, pendidikan politik yang berkelanjutan dan inklusif sangat diperlukan. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga masyarakat sipil, akademisi, dan media. Pendidikan politik harus menanamkan nilai-nilai demokrasi, pentingnya partisipasi aktif, serta kemampuan berpikir kritis untuk menyaring informasi. Mengadakan forum-forum diskusi publik, lokakarya, dan kampanye kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara dapat memperkuat literasi politik.

Merajut kembali benang demokrasi yang lusuh adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Ini membutuhkan komitmen dari semua elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, partai politik, hingga individu. Hanya dengan begitu, demokrasi kita bisa kembali bersinar dan benar-benar menjadi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.


*) Penulis adalah Rifqi Rizki Ramadhan, Mahasiswa Universitas Pamulang Tangerang Selatan, Banten.

Komentar0

Type above and press Enter to search.