![]() |
Penulis: Muhammad Naufal Zakin Hibatullah, Mahasiswa akuntansi Universitas Pamulang. (Foto: Dok/Ist). |
Suara Time, Opini - Fenomena kenakalan remaja semakin menjadi sorotan publik. Tawuran, penyalahgunaan narkoba, hingga pergaulan bebas menjadi persoalan serius yang mengancam masa depan generasi muda. Menyikapi hal ini, Kang Dedi Mulyadi, tokoh publik dan mantan Bupati Purwakarta menginisiasi program “Barak Militer” untuk membina anak-anak yang terjerat perilaku menyimpang. Program ini menuai pujian sekaligus kritik. Apakah pendekatan semimiliter ini merupakan solusi ideal atau sekadar respons jangka pendek terhadap masalah sosial yang lebih kompleks?
1. Latar Belakang Masalah Sosial Anak dan Peran Negara
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Komnas Perlindungan Anak menunjukkan bahwa kenakalan remaja mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Masalah ini tidak hanya meresahkan masyarakat, tetapi juga menimbulkan beban sosial dan ekonomi. Negara memiliki tanggung jawab untuk membentuk sistem yang tidak hanya menghukum, tetapi juga merehabilitasi dan mendidik.
2. Program Barak Militer: Pendekatan Disiplin yang Tidak Konvensional
Kang Dedi Mulyadi menghadirkan pendekatan unik melalui barak militer. Anak-anak yang bermasalah dibina secara ketat: bangun pagi, baris-berbaris, olahraga fisik, hingga pembinaan moral dan nasionalisme. Tujuannya bukan menghukum, tetapi membentuk kembali pola pikir dan karakter mereka. Dalam beberapa testimoni, para remaja ini mengaku menjadi lebih disiplin dan memahami arti tanggung jawab.
3. Perspektif Akuntansi dan Efisiensi Anggaran Sosial
Dari sudut pandang akuntansi, program ini patut dianalisis lebih lanjut. Biaya operasional barak militer dibandingkan dengan dampak sosial dan ekonomi dari kenakalan remaja (kerusakan fasilitas umum, biaya hukum, dll.) bisa saja menunjukkan efisiensi anggaran sosial. Apabila program ini dapat mengurangi kenakalan dan menciptakan individu produktif, maka pengeluaran sosial menjadi bentuk investasi jangka panjang, bukan beban.
4. Ekonomi Sosial: Investasi pada Sumber Daya Manusia
Penanganan kenakalan remaja bukan hanya persoalan moral, tetapi juga persoalan ekonomi. Remaja yang gagal dibina berpotensi menjadi pengangguran atau pelaku kriminal di masa depan, menambah beban negara. Dengan adanya program pembinaan seperti barak militer, negara secara tidak langsung sedang berinvestasi pada sumber daya manusia (SDM) agar menjadi produktif dan berkontribusi dalam ekonomi nasional.
5. Kritik dan Tantangan: Apakah Cukup dengan Disiplin?
Meski program ini dinilai efektif dalam jangka pendek, beberapa pihak mempertanyakan pendekatan militeristik yang berisiko menekan aspek psikologis anak. Tanpa pendampingan psikolog, risiko trauma atau pembentukan karakter yang keras bisa terjadi. Selain itu, solusi jangka panjang tetap membutuhkan dukungan dari sistem pendidikan, keluarga, dan lingkungan sosial yang kondusif.
Program barak militer untuk anak-anak nakal yang digagas Kang Dedi Mulyadi menjadi cermin dari kebutuhan inovasi dalam menangani masalah sosial. Namun, program ini harus dilengkapi dengan pendekatan yang lebih komprehensif: konseling, pendidikan karakter, hingga pemberdayaan ekonomi keluarga. Bila dirancang dan diawasi dengan baik, pendekatan ini bisa menjadi langkah preventif sekaligus korektif yang efektif. Bukan hanya menyelamatkan anak-anak dari kenakalan, tetapi juga mengembalikan mereka sebagai aset bangsa.
*) Penulis adalah Muhammad Naufal Zakin Hibatullah, Mahasiswa akuntansi Universitas Pamulang.
Komentar0