![]() |
APMI bersama BPDP menyelenggarakan Konsolidasi dan Workshop Nasional di Aula AKPY STIPER Yogyakarta. (Foto: Dok/Ist). |
Suara Time, Yogyakarta – Dalam rangka memperingati menuju satu dekade program beasiswa sawit, Asosiasi Planters Muda Indonesia (APMI) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) menyelenggarakan Konsolidasi dan Workshop Nasional di Aula AKPY STIPER Yogyakarta. Acara ini menghimpun 500 mahasiswa dari 23 perguruan tinggi penyelenggara beasiswa sawit, untuk membahas masa depan sawit rakyat Indonesia yang kini mengelola lebih dari 41% luas perkebunan sawit nasional.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini menjadi ruang refleksi sekaligus akselerasi kontribusi mahasiswa penerima beasiswa terhadap sektor sawit rakyat. Ketua Umum APMI, Muhammad Nur Fadillah, menekankan pentingnya memaknai beasiswa sebagai bentuk investasi SDM jangka panjang. “Pertanyaan utama kita hari ini adalah: apakah beasiswa ini sudah melahirkan aktor-aktor perubahan nyata di lapangan? Sudahkah kita menjadi bagian dari solusi atas isu produktivitas, teknologi, dan keberlanjutan sawit rakyat?” ungkapnya.
Hasil konsolidasi nasional menghasilkan tiga rekomendasi prioritas yang siap ditindaklanjuti oleh APMI dan para pemangku kepentingan. Pertama, mendorong skema pengabdian mahasiswa secara sistematis untuk mendampingi petani sawit rakyat. Kedua, menginisiasi Gerakan Klinik Perkebunan Rakyat berbasis relasi “1 Mahasiswa 1 Petani” sebagai model advokasi dan transfer pengetahuan. Ketiga, memperkuat kapasitas teknologi digital mahasiswa melalui pelatihan pemetaan spasial, pemantauan tanaman, dan penggunaan drone untuk meningkatkan efisiensi kebun rakyat.
“Ke depan, kita ingin mahasiswa tidak sekadar jadi penikmat beasiswa, tapi jadi pelaku perubahan. Kita ingin mereka hadir di tengah-tengah kebun, bukan hanya duduk di balik meja laboratorium,” kata Fadillah.
Workshop Nasional pada hari kedua mengangkat tema “Pengenalan dan Aplikasi Drone dalam Perkebunan Sawit Rakyat”. Kegiatan ini menghadirkan sesi intensif mulai dari teori teknologi drone, pelatihan perencanaan jalur terbang, hingga praktik langsung di lapangan. Tujuannya adalah memberikan keterampilan praktis bagi mahasiswa agar siap terjun mendampingi petani dalam transformasi teknologi sawit.
Fadillah menambahkan bahwa kegiatan ini tidak berhenti di forum, tetapi akan dirumuskan dalam dokumen rekomendasi strategis untuk diserahkan kepada BPDP, Direktorat Jenderal Perkebunan, dan pemangku kepentingan terkait. Dokumen tersebut akan memuat rencana integrasi antara pendidikan, pengabdian, dan teknologi untuk memperkuat fondasi sawit rakyat yang berkelanjutan.
“Langkah ini sekaligus menjadi pesan bahwa generasi muda adalah kunci dalam menjaga keberlangsungan industri sawit Indonesia. Jika kita ingin masa depan sawit lebih baik, investasinya harus dimulai dari manusianya,” tegas Fadillah.
Komentar0